Sabtu, 30 Agustus 2008

Menyemarakkan Perpustakaan Sekolah


Perpustakaan adalah jantung sekolah. Perpustakaan sejatinya dapat menjadi basis pembelajaran sehingga mampu memacu kreativitas dan wawasan siswa. Namun demikian, tidak semua sekolah atau lembaga pendidikan melakukan langkah serius dalam mengembangkan perpustakaan untuk dapat mendukung kegiatan pendidikan atau untuk dapat berfungsi secara maksimal.

Secara normatif, menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0103/O/1981 tentang Pokok-Pokok Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan di Indonesia, perpustakaan sekolah berfungsi (1) sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum dalam kurikulum sekolah; (2) sebagai pusat penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya; dan (3) sebagai pusat kegiatan membaca buku yang bersifat rekreatif dan mengisi waktu luang. Jika dicermati lebih mendalam, ketiga fungsi ini jelas menunjukkan potensi perpustakaan sekolah untuk dapat didorong mencapai tujuan yang lebih luas.

Sulit dibantah bahwa tradisi membaca yang dapat ditanamkan melalui perpustakaan memiliki nilai yang sangat penting dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Mungkin bisa disebut sebagai omong kosong jika proses pendidikan tidak dibangun dengan tradisi membaca sebagai salah satu pilar utamanya. Tradisi membaca bukan sekadar pintu masuk untuk memperlebar wawasan atau meningkatkan penguasaan materi keilmuan tertentu. Tradisi membaca juga menjadi langkah awal untuk membangun tradisi keilmuan dan atau komunitas keilmuan yang kuat dan mapan, untuk mengembangkan semangat dalam meneliti, menelaah, dan berpikir secara cermat menghadapi suatu masalah.

Sementara itu, kenyataan yang terlihat di lapangan kebanyakan menunjukkan bahwa perpustakaan sering kali hanya menjadi semacam “gudang” tempat menyimpan buku—termasuk perpustakaan sekolah. Pengunjung datang, membaca atau meminjam buku, dan petugas melayaninya.

Salah satu langkah yang dapat diambil untuk lebih memaksimalkan fungsi perpustakaan sekolah adalah dengan mencoba mengintegrasikan aktivitas pembelajaran di sekolah dengan unit perpustakaan. Perpustakaan sekolah, sesuai dengan konteks keberadaannya di sekolah, pada satu sisi idealnya diposisikan sebagai badan pendukung utama kegiatan pembelajaran. Dengan berpijak pada asumsi ini maka koleksi buku yang dihimpun perpustakaan sekolah pertama dan terutama harus dirancang untuk dapat mendukung setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, sesuai dengan tingkatan dan daya serap siswa.

Untuk dapat mencapai tujuan maksimalisasi pemilihan koleksi bahan pustaka di perpustakaan sekolah, dibutuhkan seorang pustakawan yang memiliki wawasan kepustakaan yang cukup bagus dan selalu mengikuti perkembangan mutakhir dunia perbukuan. Pemilihan koleksi bahan pustaka yang efektif dan tepat sasaran ini akan semakin terasa urgensinya jika dihubungkan dengan minimnya ketersediaan alokasi dana sekolah untuk perpustakaan, terutama di sekolah-sekolah swasta di pedesaan.

Setelah bahan pustaka yang disediakan perpustakaan sekolah diarahkan sedemikian rupa untuk dapat mendukung fungsi aktivitas pembelajaran, selanjutnya harus ada langkah serius lebih jauh agar bahan pustaka yang ada itu dapat berfungsi maksimal. Sekolah harus membuat kebijakan dan mendorong agar semua guru dapat lebih aktif mendukung pendayagunaan perpustakaan, misalnya dengan memberi tugas bagi siswa untuk membaca dan membuat sinopsis buku tertentu yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diampu. Pembelajaran di kelas sebisa mungkin diarahkan oleh guru bidang studi untuk selalu merujuk pada bahan pustaka tertentu yang tersedia di perpustakaan sekolah. Dengan demikian, ini berarti bahwa pada akhirnya guru juga dituntut untuk terus ikut memperluas wawasan keilmuannya dengan bahan-bahan pustaka terbaru.

Peluang untuk melakukan integrasi aktivitas kelas dengan unit perpustakaan tampak semakin terbuka jika kita mempertimbangkan mulai semakin semaraknya penerbitan buku-buku ilmiah populer yang muatannya cukup dapat dicerna oleh siswa dan disajikan dengan pengemasan yang tak lagi konvensional. Sejumlah buku ilmiah populer yang belakangan terbit menggunakan visualisasi yang menarik, atau disajikan dengan gaya bertutur yang mudah dipahami, terutama oleh anak usia sekolah.

Selain mendorong dari dalam kelas, unit perpustakaan itu sendiri tak boleh tinggal diam. Perpustakaan sekolah harus menjadi perpustakaan aktif, yakni perpustakaan yang secara aktif mendorong upaya maksimalisasi pemanfaatan koleksi bahan pustaka yang dimilikinya. Salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk semacam klub membaca, yang secara berkala menjadi forum latihan bagi siswa untuk mengapresiasi buku-buku tertentu yang telah dibaca bersama. Dalam forum semacam ini, yang dibutuhkan adalah fasilitator yang berperan mendorong dan mengarahkan diskusi siswa dalam mengapresiasi buku. Siswa diajak untuk lebih aktif berbicara untuk menuturkan pengalaman mereka membaca buku.

Dalam hal tertentu, perpustakaan sekolah mungkin dapat mencontoh toko buku profesional, yang menempatkan buku best-seller atau buku baru di rak tersendiri, dengan tujuan untuk menarik perhatian pengunjung. Jika perlu, ulasan singkat tentang buku-buku tersebut juga ditempel di majalah dinding perpustakaan sekolah.

Upaya untuk meningkatan mutu pendidikan melalui perpustakaan sekolah yang lebih semarak ini dirasa amat penting dan mendesak di tengah kritik yang berkembang yang menyatakan adanya kecenderungan yang mengarah pada mulai berkembangnya budaya instan dalam belajar. Aktivitas belajar lebih banyak ditekankan pada kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal ujian, bukan pada penguasaan yang lebih substantif atas bidang keilmuan tertentu. Dengan menghidupkan perpustakaan dan mengintegrasikannya dengan aktivitas pembelajaran di kelas, diharapkan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran dan pendidikan yang lebih baik. Dengan begitu, pendidikan di sekolah menjadi lebih berarti dan lebih bermakna sebagai upaya untuk memperkuat mentalitas kebudayaan dan keberadaban siswa dalam menghadapi tantangan dunia global.

Read More..