Kamis, 09 April 2015

Pesan Moral Nabi dalam Ilustrasi

Judul buku: 40 Sabda Nabi 40 Ilustrasi
Penulis: Hasan Aycin
Penerbit: Zaman, Jakarta
Cetakan: Pertama, 2015
Tebal: 86 halaman


Pikiran manusia bekerja secara visual. Menghadapi deretan abjad yang berbaris, pikiran akan mengubah huruf-huruf tersebut menjadi gambar. Karena itu, dalam ilmu pendidikan mutakhir, ilustrasi mendapatkan tempat yang istimewa untuk membantu anak-anak agar lebih mudah menyerap butir-butir pengetahuan. Ilustrasi tidak sekadar dilihat sebagai pelengkap teks yang menarasikan sesuatu. Ilustrasi diperlakukan sebagai salah satu kunci penting tertanamnya pemahaman pada diri seseorang.

Buku tipis ini memuat 40 hadis nabi terpilih yang masing-masing dilengkapi dengan ilustrasi. Di satu sisi, buku ini melanjutkan tradisi baik para ulama untuk menghimpun 40 hadis terpilih dalam satu buku. Dalam khazanah klasik, kita mengenal kitab al-‘Arba‘in al-Nawawiyyah karya Imam Nawawi (ulama abad ke-7 H) yang memuat 40 hadis pilihan yang hingga kini terus dibaca oleh umat Islam di berbagai penjuru dunia.

Dari segi tema, hadis-hadis yang terhimpun dalam buku ini mengangkat tema dorongan untuk meningkatkan kesalehan kepada Allah dan anjuran untuk meningkatkan hubungan baik dengan sesama makhluk. Dengan kata lain, bisa disebut buku ini memuat pesan-pesan moral dalam bergaul dengan Sang Khalik (hablunminallah) sekaligus juga dengan makhluk (hablunminannas).

Dua tema besar tersebut tentu saja merupakan tema abadi dalam narasi keagamaan maupun kemanusiaan sehingga tampak jelas nilai aktual dan relevansi pesan-pesan hadis yang termuat dalam buku ini. Hadis yang keenam belas dalam buku yang disusun oleh Hasan Aycin ini, misalnya, menuturkan pesan yang sangat tepat dalam konteks era informasi saat ini. Hadis tersebut dalam bahasa Indonesia diterjemahkan: “Cukuplah berdosa seseorang jika ia menceritakan apa saja yang didengarnya (kepada orang lain).”

Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud ini mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam menyebarkan informasi. Orang yang langsung meneruskan informasi yang dia terima bisa saja akan tercatat sebagai orang yang berbuat dosa. Hadis ini menegaskan pentingnya konfirmasi dan verifikasi informasi, baik dari segi isi maupun pembawa berita. Saat banjir informasi begitu mudah tersebar secara viral melalui media internet, seseorang kadang tak sadar bahwa membagi informasi yang belum diperiksa kebenarannya akan mengantarkannya pada status sebagai “penjaja dusta”.

Ilustrasi yang melengkapi hadis ini juga menarik. Tampak sosok orang setengah badan menghadap ke kiri, kepalanya terlihat plontos, bajunya cukup rapi. Lalu di telinganya ada puluhan panah kecil yang masuk yang kemudian diteruskan keluar ke mulutnya yang sedikit menganga.


Akhlak bergaul dengan orang lain juga menjadi tema yang ditampilkan dalam beberapa hadis pilihan di buku ini—selain dari hadis di atas. Ada hadis yang mengingatkan agar kita berhati-hati dengan prasangka. Ada pula hadis yang menegaskan bahwa seorang muslim wajib menjaga lisannya agar jangan sampai menyakiti orang lain. Demikian juga, ada hadis yang mengingatkan bahwa lebih baik diam jika apa yang terlontar dari mulut kita bukanlah kata-kata yang baik atau menebar kebaikan.

Dorongan untuk berperilaku sopan juga dituturkan dalam beberapa hadis dalam buku ini. Ada hadis yang menyatakan bahwa memperlihatkan wajah yang berseri di hadapan orang lain juga akan dihitung sebagai sedekah. Juga ada hadis yang mengingatkan kita untuk juga menghormati orang lain, bahkan kepada anak kecil.

Akhlak yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan kemasyarakatan juga dapat kita temukan dalam buku ini. Ada hadis yang menyatakan bahwa seseorang yang baik adalah yang makan dari hasil kerja tangannya. Ilustrasi untuk hadis ini menggambarkan lukisan abstrak seperti pohon dengan akar dan ranting yang bentuk pokoknya seperti tangan dengan jari-jari yang mengembang. Dari tiap jemari itu muncul ranting-ranting kecil yang ditumbuhi daun. Ilustrasi ini seperti hendak menegaskan nilai keberkahan dari hasil jerih payah seseorang.


Dorongan untuk hidup mandiri secara ekonomi ini juga ada dalam hadis yang lain yang menegaskan bahwa “tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah.”

Sedangkan tentang peribadatan kepada Allah, buku ini menyebutkan hadis tentang keutamaan shalat yang tepat waktu yang disebutkan sebagai amal yang paling disukai Allah. Nabi juga menegaskan bahwa shalat adalah mikrajnya orang mukmin. Dalam shalat, seorang mukmin berjumpa dengan Tuhan. Di situlah keintiman spiritualitas seseorang dirajut.

Hadis-hadis yang pendek dan sederhana yang termuat dalam buku ini dipilih dari sumber-sumber terkemuka, seperti dari riwayat-riwayat Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam Nasai, dan sebagainya. Selain muatan pesan yang mudah ditangkap karena dukungan ilustrasi yang tak kalah menarik, tiap hadis dalam buku ini juga diterjemahkan dalam bahasa Inggris sehingga bisa menjadi bahan pembelajaran tersendiri bagi pelajar.

Melalui himpunan hadis-hadis dalam buku ini, pesan-pesan moral Nabi Muhammad saw yang agung terpancar kembali untuk para pembaca di abad yang semakin membutuhkan bimbingan spiritual-keagamaan ini.


Tulisan ini dimuat di Harian Kabar Madura, 9 April 2015.

0 komentar: