Jumat, 22 Agustus 2014

Buku Pembangkit Minat Baca


Saat membantu pengelolaan Perpustakaan Madaris III Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, pada tahun 2008-2009, saya sempat memunculkan istilah “buku pembangkit minat baca”. Istilah ini digunakan untuk menyebut buku-buku yang dianggap mampu menarik dan membangkitkan minat baca siswa khususnya yang sebelumnya masih belum cukup akrab dengan buku.

Sebagai perpustakaan sekolah yang berada di wilayah pedalaman Madura yang sebagian besar siswanya berlatar dari keluarga golongan masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah, diperlukan upaya dan strategi khusus untuk memancing kegemaran siswa pada buku.

Saya berpandangan bahwa pemilihan buku koleksi perpustakaan menjadi kunci utama yang sangat penting untuk diperhatikan. Di tengah anggaran yang terbatas, perpustakaan harus cermat memilih buku. Pada titik inilah lalu muncul istilah “buku pembangkit minat baca”.

Yang dimaksud “buku pembangkit minat baca” adalah buku bermutu yang nyaman dicerna dan menyenangkan untuk dibaca bahkan oleh mereka yang masih tidak biasa atau malah fobia terhadap buku. Nah, pada waktu itu, saya berpikir bahwa yang masuk untuk kategori ini adalah buku yang bergaya tutur naratif sehingga nyaman dibaca dan mudah dicerna.

Dalam tulisan saya di tahun 2009, saya memberi contoh buku Muhammad karya Martin Lings (Serambi), Laskar Pelangi karya Andrea Hirata (Bentang), dan Ganti Hati karya Dahlan Iskan (JP Books). Sekali lagi, waktu itu saya terlalu fokus pada gaya penyajian bahasa untuk menilai apakah sebuah buku bisa disebut sebagai “buku pembangkit minat baca”. Saya tidak memberi perhatian yang cukup pada unsur “menyenangkan”.

Saya jadi berpikir ulang soal “buku pembangkit minat baca” ini setelah tulisan saya di blog ini yang memaparkan program “Tantangan Membaca 2.0” di SMA 3 Annuqayah dan juga disusul dengan daftar buku yang akan masuk dalam program tersebut ditanggapi banyak pihak. Salah satu butir komentar kritis yang saya terima, di antaranya oleh Ahmad Subhan dan Sekar Dinihari (keduanya pustakawan yang kebetulan saya kenal), atas program-program yang berusaha mendorong kegemaran membaca dan menulis di SMA 3 Annuqayah adalah bahwa berbagai program yang ada terkesan kurang menyentuh kelompok siswa yang kegemaran membaca dan kesukaannya pada buku masih lemah.

Dalam menanggapi salah satu posting saya di blog ini, Ahmad Subhan menulis: “Setelah membaca beberapa tulisan mengenai program tantangan membaca di blog ini dan Taman Karya Madaris, saya jadi menduga bahwa program ini baru memberi kesempatan bagi beberapa siswa yang sudah punya kebiasaan membaca dengan baik. Mungkin kebiasaan itu sudah terbangun pada mereka yang sedikit itu melalui berbagai cara yang bersifat individual. Program tantangan membaca membuka kesempatan bagi mereka yang ternyata menonjol ini untuk tampil.”

Sekar Dinihari, yang bersama suaminya yang seorang fotografer profesional pernah berkunjung dan berbagi ilmu di SMA 3 Annuqayah, menceritakan pengalaman pribadinya yang mengaku cenderung malas dengan buku tebal dan tak bergambar sama sekali. Baginya, membaca itu juga kudu menyenangkan sehingga dia mengaku selalu menekankan reading a book as an art dalam tiap diskusi tentang perpustakaan.

Komentar-komentar ini membuat saya diam sejenak dan berpikir ulang. Dari pengamatan selintas atas hasil pelaksanaan beberapa program yang berusaha mendorong kegemaran membaca di SMA 3 Annuqayah, saya jadi tersadar bahwa belakangan saya memang kurang fokus pada mereka yang memang masih jauh untuk dekat dengan buku. Memang, dari 11 siswa yang akhir tahun pelajaran 2013/2014 kemarin tuntas mengikuti program Tantangan Membaca, saya menemukan 4 di antaranya termasuk siswa yang tidak menonjol dalam kegiatan terkait buku dan kepenulisan, dan bahkan secara akademik di kelas tidaklah begitu menonjol. Ketuntasan 4 siswa ini bagi saya menjadi kabar gembira. Siswa yang di kelas tampak biasa-biasa saja ternyata bisa tuntas mengikuti program Tantangan Membaca, meskipun saat pemaparan hasil bacaannya secara lisan mereka memang masih tampak agak kesulitan.

Melihat hasil program Tantangan Membaca akhir tahun pelajaran lalu, saya malah tampak lebih tergoda untuk fokus dan mengembangkan program Tantangan Membaca ini, terbukti dengan munculnya gagasan program “Tantangan Membaca 2.0”. Namun, sekali lagi, komentar-komentar kritis dari beberapa rekan telah membuat saya berpikir ulang untuk kembali ke tujuan dasar program yang berusaha mendorong kegemaran membaca di SMA 3 Annuqayah. Kami tidak boleh hanya fokus memfasilitasi siswa yang sudah punya kebiasaan membaca dan kecintaan pada buku. Kami harus lebih memperhatikan mereka yang masih belum akrab dengan buku dan kegiatan membaca.

Untuk itu, saya jadi berpikir untuk menghidupkan kembali program “Perpustakaan Masuk Kelas” yang sempat terhenti karena persediaan naskah yang terbatas. Program yang mulai diperkenalkan di SMA 3 Annuqayah pada bulan Februari 2012 ini saat dievaluasi pelaksanaannya empat bulan kemudian ternyata menunjukkan antusiasme siswa secara umum untuk mulai akrab dengan bacaan bermutu. Keunggulan program ini terutama karena naskah yang disajikan benar-benar dipilih dengan cermat dan disuguhkan lengkap dengan kamus mini sehingga nyaman dan mudah dicerna. Panjang tulisan yang relatif pendek juga membuat siswa relatif tidak berat untuk mencerna bacaan yang disajikan.

Selain program “Perpustakaan Masuk Kelas” itu, untuk persiapan program Wajib Baca dan program Tantangan Membaca pada tahun pelajaran 2014/2015 ini, saya berusaha untuk menghimpun daftar “buku pembangkit minat baca” untuk segera dikoleksi oleh SMA 3 Annuqayah. Untuk menyusun daftar ini, saya sekarang mencoba ingin memberi penekanan pada unsur “menyenangkan”. Saya tak ingin mengulangi keteledoran saya yang kurang memperhatikan unsur ini.

Karena itu, saya berusaha mendaftar buku-buku yang penuh ilustrasi/gambar yang mengangkat tema-tema menarik dan penting sesuai dengan visi SMA 3 Annuqayah. Asumsinya, pembaca pemula, yakni mereka yang belum akrab dengan buku, akan lebih mudah terpikat pada buku yang tidak kering dan bertabur ilustrasi. Apalagi gambarnya kemudian tersaji warna-warni.

Di bawah ini adalah daftar sementara buku yang berhasil saya temukan yang akan dipertimbangkan untuk dikoleksi. Saya menyusun tulisan ini dan menyiarkan daftar sementara buku yang akan dikoleksi dengan harapan akan mendapatkan dukungan pembaca baik dalam bentuk usulan daftar buku selain yang sudah disebut di sini atau siapa tahu ada yang sudi mendatang beberapa buku yang ada di daftar berikut untuk SMA 3 Annuqayah.

Berikut daftar sementara yang berhasil saya himpun:

Qur’anku Sahabatku 1-4, Afif Muhammad, DAR! Mizan.
Kisah Nyata 25 Nabi dan Rasul, M. Faizi, Indonesia Tera.
Karung Mutiara al-Ghazali, Hermawan & Jitet Koestana, KPG.
Biografi Imam Syafi’i, Tariq Suwaidan, Zaman.
Biografi Imam Malik, Tariq Suwaidan, Zaman.
Biografi Imam Abu Hanifah, Tariq Suwaidan, Zaman.
Biografi Imam Ahmad ibn Hanbal, Tariq Suwaidan, Zaman.
Seri Walisongo, Arman Arroisi, Rosda.
Gus Dur van Jombang, Heru Prasetia & Edi Jatmiko, Bentang Pustaka.
Soekarno, Tim Majalah Tempo, KPG.
Hatta, Tim Majalah Tempo, KPG.
Wahid Hasyim, Tim Majalah Tempo, Jakarta: KPG.
Wiji Thukul, Tim Majalah Tempo, Jakarta: KPG.
Munir: Novel Grafis, Sulaiman Said, KPG.
Palestina: Duka Orang-Orang Terusir 1-2, Joe Sacco, DAR! Mizan.
Nafsu Perang, Joel Andreas, Profetik.
Komik Riwayat Peradaban 1-3, Larry Gonick, KPG.
Mendeteksi Bias Berita, Heri Winarko, KLIK.
Quantum Learner, Bobbi DePorter, Kaifa.
Quantum Thinker, Bobbi DePorter, Kaifa.
Quantum Reader, Bobbi DePorter, Kaifa.
Quantum Writer, Bobbi DePorter, Kaifa.
Quantum Note-Taker, Bobbi DePorter, Kaifa.
Quantum Memorizer, Bobbi DePorter, Kaifa.
The Naked Traveler, Trinity, C Publishing.


Baca juga:
>> Tantangan Membaca 2.0
>> Perpustakaan Masuk Kelas


2 komentar:

M. Faizi mengatakan...

Buku "Kisah Nyata 25 Nabi dan Rasul, M. Faizi" diterbitkan oleh Tera Insani

M Mushthafa mengatakan...

Terima kasih atas koreksinya.