Senin, 04 Januari 2010

Badai Salju dan Pengalaman Terburuk di Belanda


Musim dingin di Belanda adalah pengalaman pertama saya melihat salju secara langsung. Menyaksikan butir-butir salju berjatuhan di balkon dan lanskap yang memutih sejauh mata memandang, semua sungguh tampak begitu indah. Dua hari pertama salju turun, saya berusaha menikmati pemandangan di mana-mana. Saya ke Amsterdam, keliling pusat kota Utrecht, dan bersepeda di sekitar Zeist.

Akan tetapi, salju sebenarnya juga menyimpan cerita buruk. Dan saya juga telah benar-benar mengalaminya—di saat yang sungguh tepat!

Kejadian itu terjadi satu hari setelah badai salju yang melanda Belanda. Minggu, 20 Desember, salju turun sepanjang hari sehingga ketebalan salju di balkon saya hampir mencapai 30 cm! Menurut berita di situs Radio Nederland, badai salju yang turun di beberapa negara Eropa ini memang telah memakan cukup banyak korban.

Saya juga menjadi korban keesokan harinya, saat saya hendak berangkat liburan ke Frankfurt dengan menggunakan bus Eurolines dari Utrecht CS. Menurut jadwal dan tiket yang saya pegang, bus Eurolines ke Frankfurt akan berangkat pukul 09.45 dari Utrecht CS. Jadi, pukul 8.30 saya sudah menuju Utrecht CS dan tiba di halte bus Eurolines di Jaarbeursplein pada pukul 09.00.

Halte bus Eurolines satu komplek dengan halte bus-bus antarkota lain di sisi barat Utrecht CS itu. Kabar buruknya: tak ada tempat duduk untuk orang-orang yang menunggu di ruang terbuka itu. Jalanan, pohon-pohon yang meranggas, sepeda yang diparkir cukup lama, semua memutih akibat badai salju kemarin. Putih dan tebal. Butir-butir salju di pepohonan itu sesekali tertiup angin dan jatuh ke bawah.

Saya berdiri saja di halte Eurolines bersama beberapa orang yang juga sedang menunggu bus. Tas punggung saya tak dilepas. Tak lama setelah saya di situ, 4 mahasiswa Indonesia dari Deventer juga tiba di halte tersebut. Mereka mau berlibur ke Paris dan juga menggunakan Eurolines.

Waktu berjalan melambat saat menunggu. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 10 pas. Saya menunggu dengan agak cemas, karena udara dingin di situ seperti sudah sulit ditahan. Yang paling terasa adalah kaki dan tangan—agak kaku, seperti mau membeku. Karena itu, sesekali saya pindah ke tempat lain yang tak bersalju, agar sepatu tak bersentuhan langsung dengan salju tebal itu. Tapi tetap saja. Karena dingin telah menyebar ke mana-mana.

Saat pukul sebelas tampak ada bus Eurolines masuk ke area Jaarbeurs, saya berharap ini adalah bus ke Jerman. Ternyata itu bus ke Paris.

Jelang pukul 12, saya sudah tak tahan dengan dingin dan penantian yang serba tak jelas itu. Saya heran, mengapa tak ada kabar dari Eurolines. Saya sudah mencoba menelepon nomor kantor Eurolines di Amsterdam, tapi saya harus antre panjang di jalur telepon itu sehingga saya akhiri saja. Akhirnya saya pun masuk ke komplek Utrecht CS. Mungkin bisa sedikit menghangatkan badan, pikir saya, dan sekalian untuk ke toilet.

Setelah dari toilet, saya duduk-duduk di ruang tunggu Utrecht CS, tepatnya di dekat Blue Screen, papan jadwal kereta. Sambil menikmati segelas kopi, saya kembali mencoba menghubungi kantor Eurolines. Akhirnya, meski berada di antrean ketujuh belas, saya menunggu. Setelah menunggu sekitar 15 menit dengan agak gelisah karena khawatir pulsa terkuras habis, akhirnya saya tersambung dengan operator.

Dan ini dia kabar buruknya: setelah diperiksa, si petugas mengabarkan bahwa bus Eurolines ke Frankfurt baru saja meninggalkan Utrecht! Saya pun menerangkan bahwa saya telah menunggu di halte selama hampir 3 jam, dan tak ada kabar apa pun, sampai akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke Utrecht CS karena sudah tak kuat menahan udara dingin. Si petugas menjelaskan bahwa hari itu semua jadwal bus menjadi kacau karena badai salju.

Tapi saya tetap saja heran: apa gunanya saya memberi nomor telepon saya di formulir pemesanan tiket jika dalam situasi darurat seperti ini saya sama sekali tak mendapat kabar! Memang sih, tiket Eurolines itu hitungannya bisa relatif murah. Tapi kan itu bukan alasan untuk membuat penumpang terlantar kedinginan. Satu-satunya jalan keluar adalah menunggu bus berikutnya. Dan itu, paling cepat, pukul tiga sore. Saya harus bersabar dan bertahan di tengah cuaca dingin.

Akhirnya, pukul empat kurang seperempat saya sudah berada di dalam bus Eurolines ke Frankfurt. Gara-gara badai salju, saya sudah terhukum kedinginan di Utrecht CS menunggu bus. Sungguh ini adalah pengalaman terburuk saya selama di Belanda.


>> Beri rating untuk tulisan ini di Blog Radio Nederland Wereldomroep.

1 komentar:

M. Faizi mengatakan...

kok bisa ya?
kejadiannya ini insidental atau memang beberapa kali?
Reputasi EuroLines sendiri bagaimana di Belanda? Di mana kantor pusatnya?
kebanyakan armadanya pakai mesin/bodi apa?