Sabtu, 21 Januari 2006

Perspektif Cinta dalam Mendidik Anak-Anak

Judul buku‭ ‬:‭ ‬Rumah Cinta Penuh Warna:‭ ‬Catatan Kebahagiaan Mendidik Buah Hati
Penulis‭ ‬:‭ ‬Asma Nadia dan Isa
Penerbit ‬:‭ ‬Qanita,‭ ‬Bandung
Cetakan ‬:‭ ‬Pertama,‭ ‬September‭ ‬2005
Tebal‭ :‭ ‬168‭ ‬halaman



Selain berbagai tindak kekerasan,‭ ‬saat ini dunia anak-anak kita dikepung dengan berbagai bentuk serbuan dan tekanan sosial-budaya yang dapat membuatnya kehilangan masa depan yang cerah.‭ ‬Beberapa kasus anak-anak bunuh diri yang belakangan cukup sering diberitakan di media misalnya menunjukkan bagaimana anak-anak menghadapi tekanan sosial yang hebat di sekolah atau komunitasnya sehingga kemudian dapat memilih jalan keluar yang cukup tragis itu.‭ ‬Penelitian Organisasi Buruh Internasional‭ (‬ILO‭) ‬Jakarta mengungkapkan bahwa di Jakarta anak-anak saat ini sudah mulai tak asing dengan dunia narkoba.‭ ‬Anak-anak bahkan juga terlibat dalam proses produksi dan distribusi narkoba‭ (‬Kompas,‭ ‬13/07/2005‭)‬.

Lalu di manakah keluarga,‭ ‬tempat anak-anak berbagi masalah dan ruang menempa kepribadiannya‭? ‬Sulit dibantah bahwa institusi keluarga saat ini tengah menghadapi krisis yang membuatnya kehilangan fungsi sosial untuk mendidik dan menanamkan nilai-nilai dasar kemanusiaan dan kedewasaan kepada anak-anak.‭ ‬Apakah saat ini para orangtua telah terlalu sibuk bekerja dan beraktivitas,‭ ‬lalu nyaris sepenuhnya memercayakan pendidikan anak-anaknya pada‭ ‬baby sitter,‭ ‬sekolah,‭ ‬atau bahkan televisi‭? ‬Apakah para orangtua saat ini juga sudah cukup yakin bahwa pola relasi dan pendekatan pendidikan yang mereka terapkan sudah cukup memberi ruang bagi anak-anak mereka untuk dapat merasakan nuansa cinta yang penuh warna dalam rumah mereka‭?

Salah satu simpul solusi dari persoalan dunia anak yang rentan dan rapuhnya fungsi institusi keluarga saat ini adalah dengan memberdayakan sekaligus menciptakan kehangatan di lingkungan keluarga itu sendiri.‭ ‬Atas hal ini,‭ ‬sebenarnya sudah cukup banyak buku yang mencoba memberikan kiat-kiat ataupun penjelasan yang lebih bersifat teoretis tentang mendidik anak dalam keluarga,‭ ‬menjadi orangtua yang baik,‭ ‬mencipta keluarga yang kompak,‭ ‬atau semacamnya.

Keunikan buku ini mengemuka karena ia menyajikan pengalaman sehari-hari dalam keluarga yang dituturkan dengan cukup sederhana.‭ ‬Pasangan muda Asma Nadia dan Isa dalam buku ini berbagi kisah tentang pengalaman mereka membesarkan kedua anaknya,‭ ‬Caca‭ (‬8‭ ‬tahun‭) ‬dan Adam‭ (‬4‭ ‬tahun‭)‬.‭ ‬Secara garis besar pembaca akan menemukan dua poin penting dalam catatan pengalaman Asma dan Isa ini:‭ ‬bagaimana kedua buah hati mereka itu kadang dapat memperlihatkan potensi-potensi kreatif yang menakjubkan,‭ ‬dan bagaimana mereka semua mengelola kebersamaan dalam bingkai cinta dan kasih sayang.

Asma dan Isa dapat dikatakan tipikal pasangan muda dengan aktivitas yang sibuk.‭ ‬Sebagai penulis fiksi remaja terkemuka,‭ ‬sehari-hari Asma sibuk mengelola Forum Lingkar Pena dan atau berbicara di‭ ‬workshop kepenulisan atau forum-forum ilmiah lainnya.‭ ‬Sementara Isa bekerja di TV NHK Jepang selain juga menekuni bidang pengembangan pendidikan anak.‭ ‬Tapi pasangan muda ini begitu sadar bahwa anak-anak mereka tak hanya butuh uang.‭ ‬Di tengah kesibukan,‭ ‬mereka tetap berupaya keras untuk memberikan kebahagiaan dalam cinta,‭ ‬perhatian,‭ ‬dan waktu untuk anak-anak mereka‭ (‬hlm.‭ ‬111‭)‬.‭ ‬Isa,‭ ‬yang juga pernah mengembangkan konsep dongeng interaktif untuk anak,‭ ‬sering ditunggu-tunggu kepulangannya dari kantor oleh kedua anak mereka untuk diajak bermain bersama.‭ ‬Di antara rasa lelah,‭ ‬dengan sabar Isa memenuhi keinginan mereka.‭ ‬Alasannya sederhana:‭ ‬mumpung mereka masih membutuhkan,‭ ‬mumpung orangtua mereka masih menjadi teman favorit mereka,‭ ‬mumpung mereka belum menjadi dewasa dan dibekap dengan berbagai kesibukan‭ (‬hlm.‭ ‬18‭)‬.

Menyediakan waktu untuk bermain dengan anak ternyata tidak hanya baik untuk menanamkan kedekatan emosional anak dengan orangtua,‭ ‬tapi juga bisa menjadi media membangun kekompakan antara dua anak kecil yang sama-sama baru mulai meninggi egonya.‭ ‬Begitulah pendekatan Isa untuk membentuk‭ ‬sense kerjasama di antara kedua anaknya.‭ ‬Saat bermain berantem-beranteman,‭ ‬Isa yang berperan sebagai monster yang berusaha dikalahkan Adam berbisik,‭ “‬Kau tak mungkin menang,‭ ‬apalagi kalau kakakmu tidak membantu‭” (‬hlm.‭ ‬65‭)‬.

Anak-anak kerap membuat kesal para orangtua dengan sikap nakal dan usilnya.‭ ‬Menghadapi hal semacam ini para orangtua kebanyakan bereaksi dengan marah atau memberi hukuman.‭ ‬Tapi justru Asma menemukan bahwa ternyata teguran itu lebih mudah diterima jika diungkapkan dengan cara yang lebih lembut,‭ ‬dengan mengutarakan betapa sedihnya mereka saat melihat Caca dan Adam berbuat hal-hal yang nakal‭ (‬hlm.‭ ‬80‭)‬.

Jika terpaksa harus menghukum,‭ ‬hukuman harus disosialisasikan sebelumnya,‭ ‬logis,‭ ‬mendidik,‭ ‬dan memberi efek jera.‭ ‬Pernah Asma begitu marah pada Caca sehingga ia memutuskan untuk memberinya hukuman:‭ ‬dikurung di kamar mandi.‭ ‬Tapi,‭ ‬demi menghindar dari hal-hal yang tak diinginkan,‭ ‬Asma menemukan cara menarik dalam mengeksekusi hukumannya.‭ ‬Asma menemani Caca dalam kamar mandi yang gelap,‭ ‬begitu lama,‭ ‬sampai akhirnya Caca sadar dan meminta maaf atas kesalahannya‭ (‬hlm.‭ ‬41‭)‬.

Mendidik dengan cinta.‭ ‬Itulah benang merah dan kata kunci utama yang dapat dipetik dari kisah-kisah Asma dan Isa dalam mendidik anak-anak mereka.‭ ‬Mungkin kekuatan misterius cinta ini pulalah yang kemudian tak jarang melahirkan sikap-sikap yang menakjubkan dari anak-anak,‭ ‬seperti yang juga ditemukan dalam kisah-kisah Asma dan Isa.‭ ‬Tentang bagaimana suatu hari di sebuah rumah makan Caca memasukkan delapan koinnya ke kotak amal,‭ ‬atau Caca yang berinisiatif menyumbangkan tabungannya untuk ulang tahun Adam yang nyaris tak dirayakan karena keterbatasan dana keluarga,‭ ‬atau ungkapan-ungkapan cinta kedua anak mereka dalam kata-kata atau gambar yang indah.

Atas hal-hal yang menakjubkan semacam ini Asma dan Isa memang seperti membiarkannya tak terjelaskan,‭ ‬bagaimana semua ini bisa muncul dari sikap kedua anak mereka yang masih polos itu.‭ ‬Mungkin memang sulit memberikan penjelasan tentang bagaimana anak-anak dapat digiring untuk bersikap peka dan solider dengan sesama.‭ ‬Mungkin itu semua adalah bagian dari misteri menakjubkan anak-anak.‭ ‬Mungkin pula semua itu memang didapat tidak dengan tips-tips instan,‭ ‬tapi dengan cinta yang terus ditempa saban hari dengan kelembutan dan ketulusan.

Karena itulah,‭ ‬Asma dan Isa bertutur dengan sama sekali tak hendak menggurui.‭ ‬Teori-teori,‭ ‬tips-tips,‭ ‬atau kiat-kiat,‭ ‬tak terlalu banyak ditemukan di sepanjang buku ini.‭ ‬Yang banyak adalah kisah-kisah ringan,‭ ‬tempat pembaca akan banyak menemukan hikmah bertaburan,‭ ‬yang kadang cukup menggugah dan mengharukan.‭ ‬Tapi justru karena kisah-kisah yang diangkat dari pengalaman sehari-hari itulah,‭ ‬Asma dan Isa cukup berhasil untuk memberikan sebuah potret sederhana tentang bagaimana cinta dan kehangatan itu mestinya disemaikan kepada anak-anak kita dalam keluarga—sesuatu yang mungkin bisa menjadi perspektif alternatif dalam mendidik anak-anak.

Buku ini sangat cocok untuk pasangan muda yang baru mulai menapaki mahligai pernikahan,‭ ‬terutama sebagai bekal untuk melahirkan individu-individu baru yang berdaya,‭ ‬berkualitas,‭ ‬dan untuk mengantar mereka ke gerbang dunia dengan senyum bahagia.


0 komentar: